PRINSIP PENDIDIKAN KEJURUAN - ADITYA NUR HIDAYAT

ADITYA NUR HIDAYAT

PHOTHOGRAPHER, DESIGNER, TEACHER.

test banner

Post Top Ad

Responsive Ads Here

03/11/22

PRINSIP PENDIDIKAN KEJURUAN

 Prinsip pendidikan kejuruan didefinisikan sebagai generalisasi untuk menyiapkan dan pelayanan arahan untuk program dan konstruksi kurikulum, evaluasi, seleksi praktik instruksional, dan kebijakan pembangunan. dengan kata lain, para praktisi pendidikan kejuruan dapat merencanakan / membuat program dan kurikulum pendidikan, evaluasi, dan proses pembelajaran maupun kebijaksanaan lain yang dikembangkan berdasarkan kepentingan dan perkembangan zaman atau IPTEK.

Menurut Barlow (1974), prinsip pendidikan kejuruan adalah sebagai berikut;

  1. dikembangkan dan diselenggarakan untuk warganegara
  2. disediakan melalui pendidikan secara umum
  3. variabel pendidikan kejuruan dibuat untuk semua
  4. integrasi teori dan praktik di dalam pendidikan kejuruan
  5. melibatkan pemberi kerja di dalam program kejuruan
  6. melibatkan pemerintah se  cara umum di dalam pendidikan kekjuruan, khususnya dalam penetapan standar yang diinginkan dan pemerintah menyediakan dana untuk program 
  7. Menyediakan penguasaan belajar (majesty learning) dan instruksi secara individual.

Prinsip pendidikan kejuruan menurut Miller (1986):

  1. Bimbingan merupakan unsur penting dalam pendidikan kejuruan. Lebih jauh dari itu dengan bimbingan melalui pendidikan kejuruan dapat diberikan bimbingan dan tuntunan kepada masyarakat dalam rangka hidup dan kehidupannya.
  2. Belajar seumur hidup dipromosikan melalui pendidikan kejuruan. Prinsip belajar seumur hidup atau secara terus menerus dapat ditingkatkan melalui pendidikan kejuruan. Dengan adanya perkembangan IPTEK dan perubahan zaman, melalui pendidikan kejuruan masyarakat akan selalu dapat menyesuaikan, mengantisipasi dan adaprif. 
  3. Kebutuham masyarakat dicerminkan oleh program pendidikan kejuruan. Segala kebutuhan masyarakat akan terpenuhi oleh pendidikan kejuruan, baik untuk kepentingan individu, masyarakat, maupun nasional. Hal ini tergambarkan dari pendapat Presiden National Metal Trades Association: Kebutuhan dari pendidikan kejuruan di amerika sangat besar, dan efisiensi industri masa depan dapat berkembang secara gebat melalui sistem pelatihan kejuruan (vocational training)
  4. Pendidikan kejuruan terbuka bagi semua. Pendidikan ini terbuka untuk semua masyarakat tanpa kecuali, tanpa membedakan yang kaya atau miskin, pria ataupun wanita. Hal ini senada dengan Prosser, Snedden, Dewey, Gompers, dan lain-lain yang mengatakan : "...........Pendidikan kejuruan sangat potensial untuk menjadikan pendidikan masyarakat lebih demokrasi." Pendidikan kejuruan memberikan kebebasan individu / masyarakat untuk menentukan alternatif pilihan pendidikannya maupun keahliannya sesuai dengan minat, bakat dan kemampuan yang dimiliki, dan dikatakan pula "........vocational education is intended to serve people of all ages"
  5. Penempatan di dalam langkah berikutnya adalah suatu tanggung jawab pendidikan kejuruan lebih bertanggung jawab dalam mencetak dan membentuk individu / masyarakat untuk dapat menduduki atau menempati di dalam berbagai bidang pekerjaan atau jabatan di dalam hidupnya. Asumsi dari pernyataan ini dikemukakan oleh miller sebagai berikut: "Pendidikan kejuruan secara umum, kurang lebih merupakan format penawaran bimbingan lapangan kerja dan tindakan penempatan tenaga kerja untuk lulusan mereka."
  6. Perbedaan peran pendidikan jenis kelamin dipromosikan melalui pendidikan kejuruan. Melalui pendidikan kejuruan dapat menghilangkan anggapan yang salah terhadap pendapat yang mengatakan bahwa pendidikan kejuruan hanya untuk kaum pria saja. Sesuai prinsip bahwa pendidikan kejuruan tidak membedakan kaum pria dan wanita, memberikan kesempatan bagi semua orang untuk mendapatkan pendidikan tersebut. Prinsip ini pada kenyataannya di dunia usaha/industri banyak memerlukan tenaga kerja baik pria maupun wanita dengan keterampilan dan pengetahuan yang memadai. Pekerjaan-pekerjaan tertentu malah memerlukan tingkat ketelitian, kesabaran,kecermatan maupun kehalusan yang tinggi, hal ini memerlukan tenaga wanita yang berasal dari pendidikan kejuruan.
  7. individu dengan kebutuhan khusus dilayani melalui pendidikan kejuruan. Setiap individu/masyarakat mempunyai keinginan atau kebutuhan yang khusus yang saling berbeda dengan yang lainnya. Pendidikan kejuruan menawarkan berbagai program sesuai dengan kebutuhan tersebut.
  8. Organisasi siswa adalah suatu corak pendidikan kejuruan integral. Melalui pendidikan kejuruan dapat dibentuk berbagai macam kelompok peserta didik yang terorganisir secara melembaga. Dalam pendidikan kejuruan dapat dibeda-bedakan antara lain: pendidikan/sekolah teknik, bidang kedokteran, bisnis, ekonomi, pertanian, kehutanan, industri, managemen, dan lain sebagainya. “ pada dasarnya semua jenis pendidikan apapun tidak lain adalah pendidikan kejuruan juga”.
  9. Guru pendidikan kejuruan merupakan komponen guru profesi dan guru jabatan. Guru merupakan komponen utama dalam pendidikan kejuruan, di samping komponen lain yang harus ada, seperti:
    • guru harus berkompeten secara khusus dibidang yang akan diajar
    • guru harus mengeetahui bagaimana cara memberi pengajaran
    • guru harus berhadapan dengan suatu kelompok permasalahan yang melibatkan pengetahuan siswa dan bisa dihadapi secara khusus
    • guru harus mempunyai suatu pengalaman mendidik yang luas
  10. Suatu etos kerja (work ethic) dipromosikan melalui pendidikan kejuruan. Menurut Slamet PH, etos (ethic) dapat diinterpretasikan sebagai kebiasaan, kecenderungan modal, sikap terhadap sesuatu, atau pandangan hidup yang dimiliki oleh seseorang. Jadi etos kerja dapat diartikan sebagai kebiasaan kerja, kecendrungan modal kerja atau pandangan hidup tentang kerja. Sehingga dapat dikatakan semakin tinggi etos kerja seseorang akan semakin tinggi dalam prestasi kerjanya. Melalui pendidikan kejuruan, seseorang dapat meningkatkan etos kerjanya, prestasi kerjanya, dan akhirnya dapat menunjukkan produktivitas yang tinggi. Oleh karena itu dalam pendidikan kejuruan, di samping menekankan segi skill, tetapi juga segi afektif dan knowlegde pada umumnya. Di mana hal tersebut pada pendidikan non kejuruan tidak akan dijumpai.
Dengan pola yang sama, beberapa prinsip pendidikan kejuruan juga diterapkan pada pendidikan tingkat menengah di Indonesia, yakni :
  1. Integrasi teori dan praktik di dalam pendidikan kejuruan. Barlow (1974)
    • Pendidikan kejuruan adalah pendidikan yang diterapkan dengan tempat dan alat praktik yang sesuai dengan industri
  2. as

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Bottom Ad

Responsive Ads Here